Saturday, February 23, 2013

IDENTIFIKASI DAN MORFOLOGI PENYU SISIK BESERTA PENYEBARANNYA

IDENTIFIKASI DAN MORFOLOGI PENYU SISIK BESERTA PENYEBARANNYA



Identifikasi dan Morfologi Penyu Sisik
Penyuluh Perikanan.com._Penyu juga merupakan reptil yang hidupnya di laut serta mampu untuk melakukan migrasi dalam jarak yang cukup jauh yaitu sepanjang kawasan Samudra Hindia, Samudra Pasifik dan Asia Tenggara (Fitriyanto, 2006). Dan Penyu juga termasuk salah satu dari sumber kehidupan bagi masyarakat pesisir.  Ketika para nelayan yang hidup di pulau-pulau yang sangat terpencil kemudian tidak bisa mengayuh perahunya ke laut untuk mencari ikan, maka biasanya telur penyu akan berperan sebagai sumber makanan untuk digunakan sebagai penyambung hidup mereka.

Kalau dilihat sistim perkembangbiakannya Penyu termasuk binatang ovipar, Akan tetapi sebenarbya Penyu sangat berbeda dengan kura-kura. Ada Ciri yang sebenarnya paling khas yang dapat membedakan penyu dengan kura-kura yaitu penyu tidak dapat menarik kepalanya ke dalam apabila merasa terancam. Meskipun hidup di laut, Penyu tidak memiliki insang seperti halnya ikan untuk bernapas, karena itu penyu sesekali akan muncul kepermukaan laut untuk mengambil Oksigen dan bernapas (Penyu Laut Indonesia).
Untuk Mengetahui bagian tubuh pada penyu beserta fungsinya dapat lihat Gambar dibawah ini sebagai berikut :


1. Karapas, yaitu bagian tubuh yang di lapisi zat tanduk terdapat di bagian punggung dan berfungsi sebagai pelindung.
2. Plastron, yaitu penutup pada bagian dada dan perut.
3. Infra marginal, yaitu keeping penghubung antara bagian pinggir karapas dengan plastron. Bagian ini dapat digunakan sebagai alat identifikasi.
4. Tungkai depan, yaitu kaki berenang di dalam air yang berfungsi sebagai alat dayung.
5. Tungkai belakang, yaitu kaki bagian belakang (pore fliffer), berfungsi sebagai alat  penggali.



Identifikasi penyu berdasarkan bentuk luar (morfologi) setiap jenis penyu dapat dilihat pada Tabeldibawah ini

Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) sangat mudah dibedakan dengan jenis penyu lainnya dengan melihat skutnya yang tebal dan tumpang tindih, yang menutupi karapasnya. Karapasnya sendiri berbentuk elip, dan ditutupi oleh lima skut sentral, empat pasang skut lateral, dan 11 pasang skut marginal. Skut dorsalnya lebih tebal dibanding penyu Hijau, dan berwama cerah. Karakteristik skut inilah yang menyebabkan penyu ini dieksploitasi secara besar-besaran untuk dijadikan ornamen, Warna skut sangat bervariasi dari regio satu ke regio lainnya. Skutnya memiliki corak garis-garis radial yang terdiri atas empat warna dasar yaitu hitam, coklat, merah, dan kuning. Lebar karapasnya adalah 70-79% dari total panjang karapas (diukur lurus - Scute Carapace Length). Jika pada penyu Hijau terdapat sepasang sisik prefrontalis, maka pada penyu Sisik terdapat dua pasang.

Untuk dapat membedakan jenis kelamin penyu dewasa dapat dilihat pada Gambar dibawah ini, dimana penyu jantan dewasa memiliki ekor yang lebih panjang dari pada ekor penyu betina. Selain itu hal lain yang membedakannya adalah ukuran kepala penyu jantan lebih kecil dari penyu betina. Hampir dapat dipastikan, penyu yang naik pada malam hari ke pantai adalah penyu betina (Nuitja, 1992).





Nama ilmiah dari penyu sisik adalah Eretmochelys imbricata (Linne,1758 dalam Nuitja 1992). Di daerah pedesaan sering kali disebut penyu karang atau penyu genting. Disebut penyu karang karena binatang ini hidup di terumbu karang dan disebut penyu genting karena susunan karapasnya yang letaknya nyaris bersusun-susun seperti susunan genting.


Ciri morfologi penyu sisik bentuk karapas seperti jantung (elongate) meruncing di punggung, kepalanya sempit serta karapasnya berwarna cokelat dengan beberapa variasi terang mengkilat (Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, 2009). Penyu sisik dewasa berbentuk oval/ elips, bagian pinggiran karapas bergerigi, kecuali pada tukik dan hewan yang sangat tua (Nuitja 1992 dalam Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, 2009). Karapas penyu sisik memiliki empat pasang sisik rusuk (coastal scute) yang tersusun tumpang tindih seperti genting, lima vertebral scute yang menyatu pada tulang belakang, di sekeliling tempurungnya terdapat lempeng-lempeng kecil yang disebut marginal scute berjumlah 13 yang saling tumpang tindih dan bergerigi. Sedangkan pada penyu muda biasanya bewarna hitam atau hitam kecoklatan dengan warna coklat terang pada keel, pinggir cangkang dan sirip dan leher atas. Penyu sisik mempunyai ukuran sedang, sempit dengan bentuk paruh yang lancip, panjangnya 21-33% dari panjang lurus karapas atau Straight Carapace Length (mean 27,6% SCL). Kepalanya mempunyai dua pasang sisik yang berjumlah tiga sampai empat sisik pada bagian samping dan juga pada bagian belakang mata ayang biasa disebut Post Orbital Scale (Yusuf, 2000).
Selain bentuk dan juga sisik yang berada dikepala bentuk paruh pada penyu pun berbeda-beda merupakan bentuk adaptasi penyu terhadap jenis makanan dan juga pola makannya. Penyu sisik mempunyai paruh yang tajam sehingga memungkinkan dapat mencari makan pada celah celah batu karang laut. Penyu sisik adalah pemakan sponge, namun kadang kala memakan alga, rumput laut, karang lunak dan juga kerang-kerangan (Zamani, 1998).

Penyebaran Penyu Sisik
Ummnya penyu sisik sering kali disebut penyu karang atau penyu genting. Disebut penyu karang karena binatang ini hidup di terumbu karang dan disebut penyu genting karena susunan karapasnya yang letaknya nyaris bersusun-susun seperti susunan genting.
Pada umumnya Penyu sisik ini banyak tersebar di daerah tropis dan subtropis, yaitu pada posisi lintang 25° LU sampai 25° LS. Untuk wilayah di indonesia pada umumnya penyebaran utama penyu sisik terdapat di Laut Jawa, Laut Flores, Selat Makasar, dan Selat Karimata. Penyu sisik menyebar ke daerah kepulauan yang terdapat terumbu karangnya antara lain Kepulauan Napia, Pulau Wasanii, Bunaken, Kepulauan Karimun Jawa, Kepulauan Seribu, Pulau Baluran, Bali Barat, Kepulauan Komodo, Pulau Mojo, Pangandaran (Nuitja, 1992). Penyu Sisik hidup di laut tropika dan Sub tropis di sekitar perairan yang terdapat terumbu karang yang kaya akan alga laut ( sea weed ) sedangkan perkawinan sering terjadi di laut yang memliki substrat sedikit berlumpur. Penyu sisik akan kembali ke pantai asal ia menetas untuk bertelur. Setelah menetas, anak-anak penyu sisik akan menghabiskan waktu di pantai sambil mencari makanan. PenyuSisik memakan sponge dan batu karang lembut. Penyu sisik terkadang membentuk koloni sendiri di pantai tempat bertelur dalam satu wilayah tertentu. Di luar wilayah tropis tercatat adanya penyu sisik meskipun tidak melakukan aktivitas bertelur. Wilayah yang dimaksud adalah bagian utara bumi, Atlantik bagian Barat dan Timur, Pasifik bagian Barat dan Timur (Kundiarto, 2010).
Sedangkan untuk siklus hidup penyu laut secara umum dapat di lihat pada Gambar dibawah ini.


Keterangan:


1. Induk penyu jantan dan betina memasuki masa perkawinan 2 minggu.
2. Induk penyu jantan kembali ke laut untuk mengembara
3. Induk penyu betina memasuki masa peneluran.
4. Induk penyu betina kembali kelaut untuk mengembara.
5. Telur penyu memasuki masa inkubasi selama + 7 minggu.
6. Tukik menuju perairan & memasuki masa tahun yang hilang (5–20 tahun).
7. Masa pertumbuhan dan perkembangan bagi tukik selama 30 tahun.
8. Perairan pantai dangkal dan zona penyebaran dasar laut di penuhi olehpenyu muda sampai penyu dewasa.
9. Induk penyu jantan dan betina kembali bermigrasi untuk musim kawin.
10. Induk penyu jantan dan betina kembali ke perairan pantai.
11. Induk jantan dan betina memasuki masa pemijahan Setelah mencapai ukuran 30 cm, penyu muda selanjutnya mendiami habitat makanannya selama beberapa tahun hingga dewasa dan untuk melakukan migrasi reproduksinya (Nuitja, 1992).


 Semoga bermanfaat


No comments:

Post a Comment